Jumat, 17 Mei 2013

Sepenggal Cerita dari atas Sepeda


Hari ini 8 May 2013, seperti hari-hari yg lain saat saya bersepeda ke tempat kerja dari Cikarang (Jababeka) ke Karawang (KIIC). Berangkat pagi sekitar jam 6 pagi, saat kendaraan bermotor belum banyak berlalu-lalang. Saat orang-orang sebagian masih tidur malas-malasan, saya telah bersiap dengan tunggangan kesayangan Forward Alexius fullsus warna putih yg denger-denger katanya merk Rusia tapi dibuat di Taiwan. Sepeda ini sudah setahun kurang lebih jadi tunggangan saya ke mana-mana setelah sebelumnya menggunakan  United Avalance yg sekarang sering menganggur dirumah setelah jadi tunggangan mulai 2007 lalu. Tapi berhubung banyak kenangan bersepeda dengan si kuning ini, jadi sayang untuk menjualnya meskipun fork depannya sdh tidak bekerja lagi karena karatan. Tas ransel warna hitam menggantung di punggung dengan pakaian kerja di dalamnya beserta beberapa  peralatan untuk ganti pakaian. Hari ini untuk kesekian kali saya bersepeda ke tempat kerja.  Perlu sedikit saya ceritakan pengalaman bekerja bersepeda saya atau lebih dikenal dengan istilah bike to work (B2w). Dulu di tahun 2007 saya pertama kali mendengar istilah bike to work dari internet. Setelah saya baca-baca sepertinya kegiatan ini sangat menarik dan menantang untuk dijalani, terutama dengan misinya yg menurut saya sangat mulia yakni mengurangi pencemaran udara dan pembakaran BBM serta menyehatkan badan, sekaligus merasakan kembali kesenangan saat bersepeda waktu kecil yang telah sekian lama terlupakan.  Setelah membulatkan tekad, saya beli si kuning United Avalance, waktu itu masih harga sekitar 1.9 jutaan. Setelah dicoba beberapa kali di sekitar rumah, saya beranikan diri untuk bike to work pertama kali ke tempat kerja di Cibitung (saat itu saya masih kerja di MM2100). B2W pertama kali ini rasanya begitu berkesan, saat melihat orang-orang bermacet ria dengan kendaraan bermotor nya yg menghamburkan asap dari knalpot yg menderu-deru, sementara saya melaju tanpa kemacetan berarti dengan keringat yg menyegarkan badan. Banyak orang menatap kea rah saya, entah apa yg dipikirkan mereka, mungkin banyak yg ingin mencoba dan penasaran tetapi masih ragu-ragu untuk mencoba. Kembali lagi kepada niat yg sepertinya masih kurang kuat. Sampai di PT (tempat kerja) pun adalah pengalaman yg tidak kalah berkesannya, saat banyak rekan kerja yg melihat dengan sedikit heran bercampur salut sambil berkata “mantabs..” sambil mengacungkan jempol. Tapi tidak sedikit yg senyum-senyum sambil meledek..he..he..he… Mungkin mereka menganggap aneh saja, hari gini kok masih naik sepeda. Sedangkan jaman nya sudah menuju ke sepeda motor atau bahkan mobil. Di tahun segitu, memang belum banyak karyawan di tempat kerja saya yg punya sepeda motor apalagi mobil. Yang jelas beragam tanggapan yang saya terima hari itu, tapi rata-rata mereka salut dengan kegiatan saya yang satu ini. Sejak saat itu saya rajin mengkampanyekan B2W baik secara off line (dengan memberi contoh langsung) ataupun online dengan mengirimkan artikel-artikel tentang B2W ke setiap alamat e-mail yg ada di computer sampai-sampai ada orang yg minta tidak dikirimi lagi, mungkin bosan dengan artikel-artikel yg saya kirim atau menuh-menuhin file mereka.

Kegiatan B2W saya tidak berlangsung lama, mungkin hanya sekitar 2 bulan saja karena saya harus pindah kerja (demi masa depan yg lebih baik tentunya J) ke KIIC Karawang. Sebenarnya bukan karena pindah kerjanya yg menghentikan B2W tapi lebih karena pekerjaan di tempat baru sangat menyita waktu, sering pulang malam bahkan larut malam. Dengan kondisi ini otomatis sangat menguras tenaga yg sepertinya tidak ada yg bisa dibagi untuk B2W. Kondisi ini berlangsung cukup lama sampai sekitar tahun 2012 saat kondisi kerja sudah semakin stabil dan saya bisa pulang lebih cepat. Saat itu terpikir kembali untuk coba-coba B2W sekali sekali dan setelah dicoba beberapa kali rasanya kembali lagi semangat dan niat untuk B2W yg semakin membara dibanding yg dulu meskipun jarak yg ditempuh lebih jauh. Dulu hanya sekitar 12 km sekali jalan sekarang menjadi sekitar 19 km.  Itulah sekelumit cerita asal muasalnya saya B2W.
Kembali ke pagi ini, menyusuri  kali malang yg berair tenang, melewati hamparan sawah yg mulai menghijau oleh suburnya padi pak tani, sambil menikmati hembusan segarnya udara pagi dan menghirup aroma tanah di pagi hari. Kehangatan semburat sinar matahari pagi yg baru menyembul di ufuk timur semakin menyegarkan nikmat perjalanan pagi ini dengan menunggangi sepeda kesayangan ke tempat kerja. Hal yg tidak bisa kita nikmati dari atas kendaraan bermotor. Sebenarnya banyak keindahan sederhana yg terlewatkan jika bepergian dengan kendaraan bermotor, tetapi tidak dengan bersepeda. Aroma udara pagi, aroma bumi pertiwi, kehangatan sinar mentari adalah beberapa di antaranya. Sisi lain dari bersepeda adalah badan yg lebih sehat karena sambil menempuh perjalanan sekaligus berolahraga, sesuatu yg terkadang sering terlewatkan. Apalagi dengan begitu banyak waktu tersita hanya untuk update status di gadget kita yg semakin canggih, rasanya waktu berolah raga menjadi semakin sempit dan langka bahkan tidak ada sama sekali, yg ujung-ujungnya adalah semakin banyak terdengar orang yg mengidap sakit modern (darah tinggi, stroke, jantung, dll.) yg sangat berhubungan erat dengan sedikitnya aktivitas fisik. Bersepeda juga mengurangi BBM (bahanbakar minyak) yg harus dibakar setiap harinya. Setiap tetes BBM yg kita bakar, seperti setiap batang pohon yg kita tebang, setiap serpihan sampah yg kita buang sembarangan adalah satu langkah kecil menuju lingkungan yg lebih buruk yg harus kita pertanggungjawabkan kepada bumi pertiwi dengan segala akibatnya. Semakin banyak yg kita bakar, semakin banyak yg kita tebang, semakin banyak yg kita buang sembarangan, semakin banyak yg harus kita pertanggungjawabkan, sesederhana itulah hubungannya. Bicara tentang BBM adalah bicara tentang komoditas yg akhir-akhir ini menyita  begitu banyak perhatian dan energi banyak orang baik pemerintah maupun rakyat. Pemerintah berkali-kali mengeluarkan wacana skema penanggulangan defisit anggaran akibat kuota BBM bersubsidi yg terlampaui, berkali-kali juga ditolak oleh banyak kalangan. Rasa-rasanya kok sia-sia saja kita keluarkan energi untuk bertengkar untuk sesuatu yg harusnya sederhana. Semua itu pada dasarnya kembali bermuara pada ketergantungan kita yg begitu besar terhadap BBM yg diakibatkan ketidakarifan kita menggunakannya. Banyak sekali kegiatan kita sehari-hari yg harusnya bisa kita lewati tanpa membakar BBM, tetapi tidak kita lakukan. Mungkin lebih dari 60% perjalanan di Indonesia bisa kita tempuh dengan sepeda. Jarak 20 km ke bawah masih sangat ideal untuk ditempuh dengan sepeda. Artinya setidaknya 60% BBM yg bisa kita hemat . Tetapi pada kenyataannya mulai anak kecil yg belum genap 10 tahun saja sudah diajari naik motor agar bisa disuruh-suruh kemana-mana, ke warung ataupun ke sekolah. Sepeda sudah semakin jarang terlihat di jalanan, yg ada motor dan mobil yg semakin menyesakkan jalanan. Kesimpulannya, masalah BBM tidak perlu menjadi perdebatan yg begitu panjang andaikan kita lebih arif menggunakannya.

Bepergian dengan bersepeda juga mengajarkan kearifan yg lain yakni kesederhanaan. Percikan lumpur jalanan, hembusan udara di wajah, aroma tanah sepanjang jalan adalah symbol-simbol kesederhanaan. Dengan kesederhanaan kita akan paham bahwa hanya sedikit saja yg kita perlukan untuk menyelesaikan perjalanan hidup ini, sehingga lebih banyak yg bisa kita bagi untuk orang lain, sekaligus lebih banyak yg bisa kita wariskan kepada anak cucu kita nantinya.

Roda sepeda terus berputar, menyusuri kali malang, melewati jembatan bambu menyebrangi kali malang, jalan tanah yg becek dan berlumpur, serta melewati sisi pemakaman San Diego sebelum memasuki kawasan Industri  KIIC. Lengkap sudah perjalanan ke tempat kerja hari ini dengan bersepeda. Sinar mentari sudah semakin menunjukkan kehangatannya, sehangat badan ini untukbersiap memulai kewajiban hari ini, bekerja keras.

Itulah sepenggal cerita perjalanan saya ke tempat kerja pagi ini. Ingin rasanya menginspirasi banyak orang untuk bersepeda, demi udara yg lebih bersih, demi megurangi pembakaran BBM, yg ujung-ujungnya bisa dinikmati oleh semua orang. Sampai jumpa di cerita perjalanan bersepeda saya berikutnya semoga anda tetap tertarik membacanya.

3 komentar:

  1. Mantap om ....
    bisa ngalahin om agung nih ...

    BalasHapus
  2. Keren om, ane salut dah. Ane pemula, lagi cb B2W cibitung- MM2100. Mayan sih, capek. Tapi, dah 1.5Bulan, biasa aja tuh. Sampe-sampe lupa sma Motor di rumah...jok-nya jadi Baret2 Di cakarin Kucing(gak pernah di idupin) =D.

    BalasHapus