Sabtu pagi 12 May2013, begitu bangun yg pertama dicari
adalah hp, melihat apakah ada pesan baru dari om wawan di whatsup untuk ngumpul
di tikum gowes seperti biasa setelah malam sebelumnya janjian untuk gowes
bareng (gobar). Pagi ini beberapa dari kami anggota club mentari 69 berencana
untuk menjelajah waduk jatiluhur, sesuatu yg sudah lama kami rencanakan namun
entah kenapa ada saja alas an untuk tidak jadi pergi. Kata om wawan, kalo gowes
jangan direncanakan, langsung saja. Benar juga, pagi ini tanpa banyak
perencanaan bertiga kami langsung pergi menjelajah salah satu waduk terbesar di
Indonesia. Si putih Alexius yg sudah dilumasi kemarin mulai berputar, berdua
dengan om wawan dengan tunggangan hijaunya. Om Gunpar katanya nyusul
belakangan, ngantar anak sekolah dulu. Udara masih terasa segar dengan belum
banyaknya kendaraan di jalan. Setelah sesaat menyusuri k alimalang, kami mulai
memasuki jalan sempit menuju Lippo Cikarang diselingi jalan dicor dan makadam.
Selepas Lippo cikarang sambil melewati cluster Elyssium yg terlihat dari bentuk
dan besarnya setidaknya berharga 1 milyar lebih, tanjakan pemanasan arah desa
Cicau mulai menghadang. Dengkul masih terasa dingin dan adem serta kayuhan
masih ringan. Mulai memasuki desa Cicau, tanjakan sedikit lebih panjang tapi
dengan masih sangat mudah kami melahapnya. Selepas Desa Cicau dibelakang Delta
Mas, kami sudah mulai disambut dengan pemandangan sawah yg mulai menghijau. Pak
Tani sdh banyak yg beraktifitas di pagi hari ini, aroma sawah yg segar menyapa,
menambah semangat genjotan pedal kami.
Pemandangan sawah yg menghijau
Tidak lupa narsis sesaat di situ rawa bedeng
Setelah kami habiskan teh hangat, perjalanan kami lanjutkan. Jalanan sebagian besar jalan tanah dan makadam bekas aspal yg sudah hancur akibat jarang diperbaiki. Rolling tanjakan dan turunan silih berganti dengan pemadangan yang masih menghijau di kiri-kanan. Sebelum pertigaan menuju Pangkalan Karawang, kami juga melewati Situ Abidin yg tidak kalah indahnya. Tibalah kami dipertigaan menuju Pangkalan Karawang melewati pos ronda. Melewati jalan sempit beraspal, dari sini pemandangan yg tersaji begitu indahnya, sawah menghijau, sungai kecil dengan airnya yg jernih, pohon kelapa melambai ditiup semilir angin seolah menyambut kedatangan kami, serta pemandangan gunung Sanggabuana di kejauhan, sungguh hamparan pemandangan yg hampir sempurna. Inilah kenikmatan yg sering oleh kami para penggowes rasakan saat menikmati perjalanan bersepeda. Sisi pemandangan yg tidak kami ketahui keberadannya saat kami bepergian dengan kendaraan bermotor. Di sekitar Cikarang dan Karawang saja banyak jalan kecil yg sering dilewati penggowes dengan pemandangan yg sangat menarik yg baru kami ketahui setelah sering gowes bareng teman-teman, belum lagi area yg lebih jauh seperti sekitar bogor dan sentul. Inilah nikmatnya gowes bareng teman-teman apalagi jalurnya jauh dan belum pernah kita lewati terkadang sampai membuat kami susah tidur di malam sebelum keberangkatan saking penasarannya dengan trek yg akan dilewati.
Om Wawan
lagi Narsis di Situ Rawabedeng
Setelah kira-kira 3km dari pertigaan pos jaga, kami mulai
memasuk jalan yg dari arah Cariu menuju Pangkalan. Di sini rolling naik dan
turun masih harus kita lewati, dengan tanjakan yg lumayan panjang menuju
Pangkalan. Setelah melewati Pangkalan sampailah kami di Pasar Loji setelah
menmpuh kurang lebih 40km, arah kanan menuju Curug Cigentis, arah kiri menuju
Jatiluhur. Setelah nanya-nanya sebentar, kami ambil arah kiri menuju
Jatiluhur.Di sinilah awal siksaan tanjakan dimulai. Dengan jam sdh sekitar
pukul 9.30 pagi, kami mulai memasuki medan Jahanam (istilah dunia persepedaan
untuk trek yg sangat menyiksa dengkul J ). Tanjakan
di sini jauh lebih edan dari tanjakan-tanjakan pemanasan sebelumnya. Diperparah
lagi dengan bebatuan cadas yg menutup jalanan sehingga jauh lebih sulit proses
pendakian dengan seringnya roda depan terpeleset.Di sinilah kemampuan technical
seorang penggowes diuji. Sempat mampir di warung untuk mengatur napas yg mulai
memburu munuju batasnya, kami tanya ke tukang warung seberapa jauh lagi
Jatiluhur. Dengan sekitar 5 km lagi kata penjaga warung, kami bisa bayangkan
siksaan yg menghadang di depan dengan tanjakan-tanjakan seperti tadi. Dengan
saling memberi semangat terutama buat Om wawan yg biasanya kram kaki, kami
lanjutkan perjalanan menuju waduk Jatiluhur. Perjalanan semakin panas dengan
semakin teriknya matahari, beruntung dikiri
-kanan jalan banyak pohon menghijau, membuat perjalanan
tidak ada bosannya. Setelah melewati tanjakan-tanjakan yg belum juga habis
(total sekitar 12 tanjakan yg harus dilalui) sampailah kami diWaduk Jatiluhur yg
luas dan menyajikan pemandangan yang tidak kalah menariknya dari sebelumnya.
Saat itu air waduk cukup jernih, mungkin

Hamparan
sawah menuju Pangkalan nan menawan
Gunung
Sanggabuana di kejauhan kata Om Gunpar
Cukup lama tidak turun hujan. Dikejauhan kami lihat
sekelompok penggowes yg menuju sebuah saung, kamipun ikut menuju ke sana
berhapap ada sajian makan siang yg sedap, ternyata kami salah. Itu saung kosong
ga ada yg jualan, akhirnya kami ngobrol-ngobrol saja dengan penggowes tadi,
katanya dari Bekasi dan Jakarta tapi ke Jatiluhurnya loading truck, oh masih
lebih hebat kami dong (sedikit berbangga J ) gowes
langsung dari rumah. Setelahnya kami susuri pinggiran waduk dan foto-foto
dengan banner club
Tidak
lupa narsis
sepeda kami (Mentari 69). Sejauh mata memandang,
terbentang waduk luas dengan pemandangan hutan dipinggirnya, air yg jernih,
tidak kalah dengan danau Toba sepertinya. Dikejauhan tampak perahu-perahu
nelayan /penumpang yg hilir mudik, ada yg lagi memancing atau mengantar
penumpang ke seberang waduk. Berhubung perut semakin keroncongan, kami
lanjutkan menyusuri pinggiran waduk untuk mencari warung makan secepatnya
setelah sempat bernarsis ria sebentar. Setelah menyusuri waduk sejauh 3 km an,
akhirnya kami temukan juga warung nasi dengan menu seadanya, tapi rasanya tetap
maknyuss, seakan makanan terlezat yg pernah disantap (maklum sdh sangat
kelaparan J ).
Sampai saat itu kami berfikir jalan pulang lewat
kalimalang pasti akan mudah, datar-datar saja bayangan kami, tapi disinilah
kesalahan kami memprediksi. Selesai kami makan, melanjutkan perjalanan menuju
jembatan orange, ternyata di depan membentang tanjakan-tanjakan yg rupanya jauh
lebih sadis dan panjang dibanding sebelumnya. Disinilah kekuatan mental kami yg
sebenarnya diuji, apakah sanggup melibas tanjakan sadis ini dan menang atau
menyerah cari ojek atau tumpangan lain. Beruntung di kiri-kanan jalan masih
dipenuhi pepohonan nan lebat serta jalan yg mulus karena dicor. Satu dalil
sederhana yg berlaku sampai saat ini kami ingat adalah dibalik tanjakan yg
tajam dan panjang pastiterbentang turunan yg sama. Benar saja, setelah tanjakan
super panjang (ada yg lebih dari 1 km sekali tanjakan), kami lewati turunan yg
super tajam dan panjang. Sepeda melesat dengan sangat cepat sampai kami sedikit
ngeri, akhirnya kecepatan kami batasi sampai 63 km/jam, batas mental keberanian
kami. Akhirnya setelah melalui perjuangan berat, sampailah kami di jembatan
oranye dekat turbin pembangkit listrik, meskipun diselingi kaki kram om wawan.
Sempat berfoto-foto sebentar kami lanjutkan ke kompleks pembangkit listrik,
minta ijin pak satpam untuk foto-foto lagi sebagai bukti sahih perjalanan kami.
Dari sini ada jalan bercabang yg membuat kami sedikit ragu harus ambil yg mana.
Setelah search dari Maps BB, kami putuskan untuk ambil jalan raya Curug arah
Karawang menuju percabangan sungai Citarum yg tersohor karena kiriman banjirnya
saat musim hujan ke daerah Karawang, dengan Kali malang. Dari
Om wawan
dengan perjuangan keras menaklukkan tanjakan
Om Gunpar
mengejar motor di tanjakan
Om Gunpar
menyemangati om wawan yg lagi berjuang
Mengademkan
dengkul yg panas
sini masih harus melewati dua tanjakan tajam di saat
stamina kami sudah terkuras. Akhirnya dengan sisa-sisa tenaga yg ada, sampailah
kami di percabangan sungai Citarim, ke arah kiri sungai kali malang yg
menyediakan air minum untuk wilayah bekasi jakarta.
Pemandangan
sisi barat waduk Jatiluhur
Sementara arah ke kanan juga sungai buatan seperti kali
malang menuju Purwakarta, sungai utamanya sendiri Sungai Citarum mengarah ke
Karawang. Di sini kami masih sempat bernarsis ria sambil lihat-lihat arus
sungai yg deras. Selanjutnya kami susuri kali malang menuju Cikarang. Di jalan
sempat bertemu dengan goweser tiga orang, dilihat sepedanya sepertinya kelas
atas semua. Saat kami tanya dari mana, mereka bilang pagi berangkat dari Bekasi
ke Bandung, balik lagi ke Bekasi. Weh, rupanya ada yg masih lebih gila dari
kami. Dengan melaju cepat mereka
mendahului kami. Di jalan kami masih sempat berhenti untuk makan es kelapa
muda, rasanya sangat segar setelah perjuangan berat hari ini. Tepat jam 18.30
kami sampai ke rumah. Mudah-mdahan di lain waktu kami bisa ulangi perjalanan di
waktu dan trek yg lain dan menarik tentunya.
Keindahan
waduk Jatiluhur
Berusaha
menaklukkan tanjakan pinggir waduk
PLTA IR.
H. Juanda Jatiluhur
Narsis di percabangan Citarum dan Kali malang

Peta perjalanan
















luar biasa, dengan kondisi jalanan yang sulit jam 18.30 sudah dirumah kembali, apa resepnya Om?
BalasHapusDari simpang curug cigentis kira kira berapa kilometer lagi Om, kebetulan kita kita mau ke Bendungan jatiluhur