Senin, 30 Desember 2013

Ganti Aliran

Membaca judul di atas mungkin langsung menggiring pikiran kita membayangkan aliran ilmu sesat dan sejenisnya. Namun di sini kita tidak akan membahas hal hal semacam itu. Seperti cabang cabang olah raga yg lain, olah raga sepeda juga mengenal beberapa jenis aliran. Beberapa yg bisa disebut sepanjang pengetahuan saya antara lain Freeride, Dirtjump, Onroad, maupun MTB alias sepeda gunung. Tiap aliran tentu saja menggunakan jenis sepeda yg berbeda sesuai dengan peruntukannya. Satu jenis aliran tentu saja tidak cocok menggunakan jenis sepeda dari aliran yg lain. Untuk MTB sendiri, ada tiga jenis sepeda yg bisa digolongkan ke dalamnya yakni XC alias Cross Country, AM alias All Mountain, serta DH alias Down Hill. Yang membedakan adalah trek yg dilalui. Untuk jenis sepeda XC diperuntukkan untuk jalur pedesaan hingga jalur offroad ringan seperti jalan makadam dan sejenisnya. Di sini umumnya menggunakan jenis sepeda hardtail atau sepeda dengan hanya satu suspensi /fork di bagian depan. Yang diutamakan dari sepeda ini adalah bobot yg ringan untuk menambah efisiensi dan kecepatan namun cukup nyaman untuk ditunggangi. Jenis sepeda ini bisa saja digunakan di jalur full offroad atau offroad berat namun akan sangat tidak nyaman buat penunggannya terutama ketidaknyamanan di bagian bokong dan sekitarnya. Berikutnya adalah jenis AM dimana menggunakan suspensi depan belakang alias full suspension. Jenis sepeda ini cocok digunakan di medan offroad berat dimana yg diutamakan adalah kenyamanan dan keselamatan penunggangnya. Namun tentu saja harus ada yg dikorbankan yakni bobot sepeda yg bertambah dengan penambahan suspensi belakang. Jenis sepeda AM bisa saja digunakan di jalur onroad ataupun XC namun akan menjadi kurang efisien akibat efek bobbing karena pemakaian suspensi double. Dengan semakin berkembangnya teknologi sepeda dewasa ini, kendala di bobot sepeda untuk AM bisa diminimalisir sekecil mungkin seperti penggunaan bahan carbon dan untuk mengurangi efek bobbing kedua suspensi bisa dikunci. Seperti istilah harga tak pernah bohong, demikian juga berlaku di dunia sepeda. Sepeda AM dengan bobot ringan menyerupai XC tentu berharga jauh lebih mahal dari sepeda AM biasa. Semua kembali berpulang kepada budjet masing-masing Dengan demikian batas antara sepeda XC dan AM semakin tipis, artinya sepeda AM pun cukup efisien dipakai di trek XC namun nyaman dipakai di jalur offroad sesuai habitat aslinya.

Yang terakhir adalah jenis sepeda Downhill. Sepeda ini diperuntukkan khusus untuk trek offroad downhill alias turunan curam yg ekstrem. Yang dibutuhkan dari trek ini adalah sepeda dengan frame yg kokoh dan kuat menahan benturan dengan travel fork depan yg panjang untuk meredam benturan yg keras. Bobot sepeda tidak menjadi prioritas di sini, yg penting kokoh dan kuat.

Saya sendiri awalnya sekitar tahun 2007 menggunakan sepeda jenis hardtail dengan rem jenis V-brake yakni United Avalanche. Waktu itu pengetahuan sepeda yg terbatas dengan budjet yg juga terbatas, yg penting bisa gowes akhirnya memutuskan saya memilih sepeda ini. Keputusan yg cukup tepat mengingat sebagian besar kegiatan bersepeda dalam rangka bike to work melalui jalan beraspal, hampir tidak pernah gowes offroad. Saat saya kembali kecanduan gowes tahun 2012 lalu dengan orientasi bisa gowes bareng teman teman di akhir pekan yg biasanya banyak melewati jalur offroad akhirnya saya putuskan membeli sepeda fullsus entry level yakni Alexius 1.0 yg berharga cukup murah untuk sebuah sepeda fullsus sekitar 7 jutaan saja. Tunggangan baru saya ini sangat nyaman saya pakai meskipun ada beberapa kekurangan yg saya rasakan sesuai harganya. Pertama yg jelas adalah beratnya yg lebih dari 15kg yg tentu saja memerlukan power yg lebih untuk menggowesnya yg secara tidak langsung melatih endurance saya. Yg kedua adalah bunyi-bunyian mirip suara tikus yg cukup sering muncul setiap habis diservis, mungkin akibat banyaknya linkage yg digunakan dengan kualitas yg masih kurang. Terakhir masalah yg saya alami adalah suspensi belakang yg tidak mau naik saat duduk di sadle alias reboundnya tidak berfungsi. Setelah cukup puas menikmati sepeda fullsus sekaligus melatih kekuatan dengkul, akhirnya kembali saya putuskan untuk ganti aliran ke hardtail. Namun kali ini hanya mengganti framenya saja dan beberapa part yg tidak cocok. Jadi groupset dan parts sepeda fullsus saya migrasikan ke frame hardtail. Sebuah frame hardtail merk Speciallized Rockhopper second saya dapatkan dengan harga 2.5jt. Cukup ringan untuk frame berbahan aluminium. Frame Alexius sendiri masih saya simpan untuk suatu saat rencana akan saya rakit kembali jika dana mencukupi. Pertimbangan ganti aliran kali ini yg utama karena jalur B2W saya hampir semuanya melalui jalan cor dan aspal. Belum lagi gowes akhir pekan juga banyak melewai on road dan XC ringan. Sangat terasa perbedaan antara fullsus dan hardtail. Contohnya waktu tempuh rumah ke tempat kerja bisa lebih cepat sekitar 8 menit dari biasanya. Perbedaan lain adalah saat di tanjakan, dengan hardtail menjadi lebih enteng nanjaknya. Buat anda yg hendak membeli sepeda, tentukan dulu tujuan bersepeda anda apakah mau sering bermain offroad atau banyak di jalan dan XC ringan. Selanjutnya sesuaikan dengan budjet. Jika budjet tidak terbatas bisa saja membeli sepeda fullsus ringan seringan hardtail yg nyaman dipakai di segala medan. Namun di atas semua itu, kekuatan dengkulah yg utama. It's not about the bike, it's about the man behind the bike. Satu lagi, dalam dunia pergowesan yg mahal itu bukanlah sepedanya, namu niat untuk bersepedalah yg lebih mahal. 
  
United Avalanche, tunggangan pertama 
Forward Alexius, Fulsus tunggangan berikutnya
Specialized hasil rakitan 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar