Dari judulnya benak kita mungkin langsung membayangkan
sosok-sosok yg menyeramkan, seperti hantu-hantu yg banyak bergentayangan di
film-film nasional saat ini. Mulai dari hantu anak kecil, gadis cantik, hingga
hantu nenek-nenek tua. Tapi misteri pada judul tulisan ini jauhlah dari hal-hal
menyeramakan di atas. Misteri yg dimaksud adalah misteri sebuah peradaban kuno
di daerah Gunung Padang Cianjur yg akhir-akhir ini ramai diperbincangkan.
Sebuah peradaban yg konon jauh lebih tua dari sejarah kerajaan-kerajaan yg ada di
Indonesia, yg artinya peradaban dari sebelum masehi, sebelum datangnya
agama-agama ke Indonesia. Konon situs Megalitikum Gunung Padang adalah sebuah
tempat penyembahan dari aliran animisme. Tetapi tulisan kali ini tidak akan
mengulas terlalu jauh peradaban kuno tersebut. Gowes kali ini sudah
direncanakan cukup lama oleh rekan-rekan goweser LG Cibitung (Ecekeble).
Kebetulan Om Agung, salah satu anggota Mentari69 yg juga anggota Ecekeble,
mengajak kami (saya dan Om Wawan) untuk ikut. Gowes kali ini adalah
pengganti Gowes Gunung Halimun yg sudahdirencanakan sebelumnya. Berhubung
sempat diberitakan di harian Kompas kalau di sekitar gunung Halimun masih
ditemukan macan tutul, demi alasan safety tujuannya di ganti ke Gunung Padang
yg tentu saja tidak kalah mempesonanya.
Jam 03.30 pagi, 6 July 2013, setelah bersusah payah
memejamkan mata yg sulit di ajak tidur akibat rasa penasaran akan medan yg akan
dilalui, saya terbangun dari tidur. Pintu rumah dibuka, hembusan udara pagi yg
segar setelah beberapa hari hujan mengguyur membelai lembut diwajah, seakan
ucapan selamat pagi sebelum memulai petualangan hari itu. Kicau burung di dahan
pohon depan rumah menyadarkan saya untuk segera berkemas mempersiapkan segala
sesuatunya. Sepeda sebagian besar sudah diloading malam sebelumnya dengan
sebuah pick up, dengan driver Om Wawan dan saya ikut di dalamnya. Yang lain
berangkat dari markas Ecekeble (LG) dengan Elf. Total peserta sekitar 15
goweser. Dari jumlah peserta dan trek yg dilalui, gowes kali ini bisa dibilang
sebuah gowes epic sesuai gambar tagline dari rekan-rekan Ecekeble.
Mentari pagi menyemburkan berkas sinarnya, cukup
membuat hangat tubuh, saat perlahan pick up yg kami naiki menyusuri jalan dari
Cikarang kearah Cibeber Cianjur sebagai titik start petualangan kami hari ini.
Sekitar Jam 08.00 kami tiba di Cibeber tepatnya Koramil Cibeber, tanpa menunggu
lama segera kami rakit kembali sepeda masing-masing. Menunggu cukup lama karena
macet, Elf akhirnya tiba juga jam 10.00, cukup terlambat dari jadwal semula.
Jam 10.30 setelah doa bersama, kami mulai perjalanan dg jalur on road ke arah
timur cibeber. Awalnya terlihat normal, namun sesaat kemudin kami langsung
dihadang tanjakan dahsyat dan kejam. Yang membuat dahsyat adalah panjangnya yg
mencapai 12km tanpa sedikitpun ada dataran untuk sekedar mengambil nafas, naik
terus terusan tanpa henti. Dengkul, paru, hingga bokong langsung terasa tanas. Tapi
kami terhibur dengan rindangnya pohon sepanjang jalan yg sedikit mengademkan
tubuh. Di sini langsung terlihat yg spesialis tanjakan perlahan mulai menjauh
hingga tiba di jalan menuju gn. Padang dg papan petunjuk jalan. Selisih antara
yg pertama dg yg terakhir tiba bisa mencapai satu jam lebih. Di pertigaan kami
regrouping sebentar sebelum memasuki jalur offroad.
Rindangnya Jalan di Cibeber
Jalur ini berupa jalan
bebatuan diselingi tanah becek habis hujan semalam sebelum akhirnya masuk jalan
setapak melewati perkebunan teh yg sungguh sangat cantik. Tidak tahan dengan
keindahan yg ada, cukup lama kami bernarsis ria di sini termasuk foto keluarga,
keluarga besar Ecekeble dan Mentari 69. Jajaran bukit sambung menyambung seakan
tak bertepi, menghadirkan hamparan pemandangan alam nan menggoda, memaksa mata
untuk menatapnya lama-lama. Semoga masyarakat sekitar terus menjaga
keasliannya, karena alam adalah titipan anak cucu kita, bukan warisan nenek
moyang, agar kita senantiasa menjaganya. Bersepedalah salah satu cara untuk
menjaganya bukan dengan asap kendaraan bermotor atau sampah yg dibuang sembarangan.
Tapi sayang itu semua cepat berlalu seiring kayuhan pedal sepeda yg terus
bergerak menjauh menuju mascot perjalanan kemi berikutnya yakni Curug
Cikondang. Sebelumnya kami mengisi energy dengan mampir di sebuah warung,
dengan lauk dan sayur seadanya, tetap terasa sungguh nikmat. Sampai di sini
perjalanan sudah sekitar 20 Km.
Petunjuk Menuju Gunung Padang
Memasuki Jalur Offroad Keindahan Bukit Teh
Foto Keluarga
Sebuah ngarai dengan air tejunnya yg sungguh mempesona bernama Curug Cikondang. Inilah salah satu primadona gowes kami hari ini. Suasana sejuk langsung menyambut begitu kami mendekati air terjun, seakan menyejukkan suhu dengkul setelah dihajar jalanan offroad naik turun. Pepohonan menghijau nan asri menghiasi pemandangan sekitar, dengan suara alam berupa deburan air terjun lebar nan jernih mirip air terjun Niagara di Amerika sana, ditimpali suara burung nan merdu, seakan berat untuk meninggalkannya dan ingin rasanya berlama-lama kami di situ. Tetapi apa daya, waktu terus berlalu mengingatkan kami untuk segera beranjak melanjutkan petualangan yg belum berakhir dan harus segera diselesaikan. Perlahan kembali kai mengayuh pedal meninggalkan kenangan Curug Cikondang yg pastinya sulit untuk dilupakan, berharap suatu saat bisa kembali ke sini. Bayangan air terjun segera berlalu, berganti dengan trek offroad berikutnya.
Cantiknya Alam Curug Cikondang
Tidak kalah beratnya dengan tanjakan sebelumnya, trek berikutnya menyuguhkan tanjakan dan turunan makadam dan berbatu yg menuntut skill technical dan menguras banyak tenaga hingga ada teman yg kram dan perlu penanganan. Pemandangan indah dengan udara sejuk masih belum berhenti menghibur kami, memanjakan mata tiada henti. Tidak berapa lama kembali terjadi insiden, kali ini salah satu teman kami terjungkal akibat stang nyangkut di pohon mungkin akibat kurang konsentrasi dengan semakin lemahnya stamina. Di sinilah waktu kami banyak terbuang saat waktu sudah menunjukkan jam 5 sore, tetapi Gn. Padang belum terlihat. Kabut tebal segera berkejaran turun dari puncak bukit, begitu dingin hingga menusuk tulang, meskipun menyajikan pemandangan yg tidak kalah indahnya.
Pemandangan Selepas Curug Cikondang
Tanjakan Menghadang Selepas Curug Cikondang
Pemandangan Terakhir Sebelum Malam Menjelang
Sesuai perkiraan gelap sudah menyongsong saat kami memasuki area Gn. Padang. Gunung Padang berlokasi di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Cianjur adalah sebuah situ Megalitikum yg saat tulisan ini dibuat sedang dilakukan ekskavasi oleh Tim Arkeologi nasional dimana terdapat struktur batu buatan manusia dari 5900 tahun sebelum masehi yg tentunya jauh lebih tua dari peradaban kerajaan-kerajaan di Indonesia. Sayang sekali kami tidak bisa mengabadikannya dengan gelapnya malam. Lampu sepeda dan lampu warning segera kami nyalakan bersiap menghadapi tantangan selanjutnya yg tidak kalah menarik. Suasana gelap di tengah hutan harus dihadapi dengan kekompakan bersepeda (konvoi) agar jangan sampai ada yg tersesat, merapatkan jarak satu dengan yg lain. Suara anjing menyalak kerap menyambut kedatangan kami di setiap rumah penduduk yg terpencil tanpa lampu penerangan, jauh dari perhatian pemerintah. Dari kejauhan seperti kunang-kunang beriringan, membuat penduduk keheranan melihat orang gowes malam-malam (NR) di tengah hutan. Kabut semakin tebal, dengan cepat menurunkan suhu tubuh saat melewatu turunan, ditambah gelapnya malam tanpa bulan dan bintang, adalah kombinasi yg memberikan sensasi yg sungguh berbeda.Inilah pengalamaman pertama saya gowes malam di tengah hutan berkabut yg tentu saja akan sulit untuk dilupakan.
Gowes Malam alias NR (night Ride)
Setelah sempat beberapa kali tersesat dan banya bertanya ke penduduk sepanjang jalan, akhirnya tiba juga kami di Koramil Cibeber sekitar jam 21.30 dengan tubuh letih namun sangat puas dengan apa yg barusan kami lalui. Salut untuk Om Andre Ecekeble yg sangat jago dalam mencari trek dengan kombinasi yg lengkap, on road, macadam, jalan tanah, berbatu, dan gowes malamnya. Untuk anda yg mau mencoba trek ini, bisa dilihat dari rute trek gambar di bawah, dengan catatan waktu tempuh dipercepat untuk menghindari tibanya malam hari di Gn. Padang. Jalur Petualangan Gunung Padang







































