Pagi hari di seputar Cikarang
saat anak anak bersekolah terlihat banyak ibu ibu mengantar anaknya, dengan
berbagai jenis mobil keluaran terbaru memenuhi jalanan seputar perumahan
cikarang baru. Dari penampilan dan pakaian, kelihatannya mereka ibu ibu rumah
tangga yg kebanyakan juga tinggal di sekitar perumahan yg notabene jaraknya
sangat dekat bahkan jika ditempuh dengan berjalan kaki. Untuk beberapa sekolah
elite seperti Al Azhar, halaman sekolah bahkan terlihat seperti terminal saking
banyaknya mobil berseliweran. Kebanyakan mobil mobil mewah. Akibatnya akses jalan yg terhubung ke sekolah tersebut
tak pelak terjadi kemacetan parah walau tidak lama, hanya sampai bel sekolah
berbunyi saat pengantar anak anak sekolah sudah balik ke rumah ataupun
kumpul-kumpul ala sosialita. Sementara itu di seberang jalan terlihat seorang
ibu dan beberapa pejalan kaki lainnya terlihat kesulitan melewati jalan yg
penuh sesak oleh mobil dan motor yg terlihat berlomba saling mendahului. Dengan
resiko tertabrak dan asap kendaraan bermotor, mereka berusaha terus berjalan ke
tempat tujuan masing masing. Keramaian yg sama akan terjadi saat anak anak
sekolah pulang dan kembali dijemput orang tua masing masing. Sore hari masih di
seputar Cikarang, terlihat anak anak abg berseliweran kesana kemari dengan
sepeda motor, beberapa saling balapan di jalan raya. Banyak diantaranya yg
masih anak anak sekolah dasar sudah diajari naik motor oleh orang tuanya.
Fenomena yg sama bisa dijumpai di hampir semua kota kota di Indonesia. Semua
orang berlomba memiliki kendaraan bermotor, jika belum sanggup membeli mobil,
untuk sementara cukup membeli motor. Atau kalau dana yg tersedia baru sebatas
uang muka mobil, membeli dengan nyicil pun akan dilakoni. Hal yang berdampak
pada meningkatnya secara drastis penjualan motor dan mobil di Indonesia. Kota
yg dulunya identik dg sepeda seperti Jogjakarta pun saat saya kunjungi beberapa
waktu yg lalu terlihat pemandangan serupa, tidak jauh bedanya dg Jakarta,
kemacetan di mana mana. Sangat jarang terlihat orang bersepeda padahal jalur
sepeda dan pejalan kaki di kota ini masih tersedia cukup banyak. Pernah saya
baca dari sebuah artikel di laman B2W Indonesia, bahwa orang malas jalan kaki
atau bersepeda bukan karena fasilitas yg belum ada, andaikan adapun belum tentu
orang terbiasa berjalan kaki atau bersepeda. Jadi bukan masalah di fasilitas
tetapi masalah karakter masyarakat kita yg tidak menyadari akan pentingnya
kesehatan tubuh dan lingkungan. Sementara itu fenomena terbalik justru mulai
terjadi di Negara-negara maju. Kalau Negara seperti Belanda yg memang sudah
terkenal dengan budaya bersepedanya, hal yg sama juga terjadi di Negara-negara
seperti Jerman. Di harian Kompas beberapa waktu lalu pernah membahas gejela
ini. Banyak masyarakat Jerman yg mulai beralih menggunakan sepeda bahkan yg
lebih ekstrem banyak juga yg sampai menjual mobilnya untuk diganti dengan
sepeda. Di Negara maju seperti Jerman tentu saja harga BBM sangat mahal belum
lagi biaya parker yg juga sangat mahal membuat banyak orang beralih ke sepeda,
terlebih dengan isu lingkungan dan tentu saja manfaat kesehatan yg diperoleh.
Sementara di Indonesia harga BBM masih sangat murah bahkan salah satu yg paling
murah di dunia. Konon di Negara seperti Vietnam saja yg notabene lebih
terbelakang dari Indonesia, harga BBM mencapai Rp.17,000 /Liter, jauh lebih
mahal dari Indonesia. Pemerintah kita sepertinya sangat memanjakan masyarakat
dengan BBM yg jelas-jelas masih mengimport dan tidak bisa diperbarui serta
sangat memberatkan anggaran Negara yg ujung-ujungnya fasilitas umum untuk
masyarakat yg dikorbankan.Yang lebih memprihatinkan lagi, subsidi BBM lebih
banyak dinikmati kalangan berduit. Yang juga banyak mengkonsumsi BBM adalah
mobil-mobil operasional perusahaan swasta, asing maupun dalam negeri.
Jelas-jelas mereka adalah institusi bisnis, tetapi mereka banyak mengkonsumsi
BBM bersubsidi karena system yg ada tidak bisa mencegahnya. Tahun ini anggaran
yg disediakan khusus untuk subsidi konon berjumlah 300 triliun, jumlah yg luar
biasa andaikan dialihkan untuk menyediakan fasilitas transportasi publik yg
efisien, kereta api, MRT, Monorel, fasilitas jalur sepeda dan sejenisnya.
Tetapi yg terjadi sebaliknya, pembangunan fasilitas jalan untuk kendaraan
pribadi seperti jalan tol digeber habis-habisan yg jelas-jelas berbiaya sangat
tinggi baik saat membangunnya yg banyak mengorbankan masyarakat yg dilalui
maupun saat penggunaannya yg menghabiskan lebih banyak lagi dana subsidi karena
semakin banyak mobil pribadi yg melewatinya dan semakin banyak kemacetan yg
mengikutinya. Kalau diibaratkan seperti lingkaran setan yg terus-menerus
menggerus dana pemerintah semakin cepat. Sementara itu rel kereta api dari
jaman penjajahan Belanda dulu hampir tidak ada penambahan, bahkan yg terjadi
sebaliknya, semakin banyak rel kereta api yg hilang. Di seluruh dunia, hampir
tidak ada Negara-negara besar yg tidak mempunyai jaringan kereta apiyg massif,
dari Amerika Serikat hingga China.
![]() |
| Jajaran mobil pengantar anak sekolah |
Sudah sering terdengar bahwa
cost Logistic di Indonesia sangat tinggi sekitar 17% dari harga barang sangat
jauh lebih boros dibandingkan dengan Jepang misalnya yg hanya 6% saja. Salah
satunya karena penggunaan mode kendaraan truk yg harus berbagi jalan dengan
kendaraan umum lainnya dengan kemacetan yg sangat memboroskan BBM, sedangkan
pengiriman dengan kereta api masih sangat minim, belum lagi biaya kapal antar
pulau yg juga sangat tinggi. Jalur pantura sudah sedemikian sesaknya yg pada
akhirnya semakin memboroskan penggunaan BBM yg lagi-lagi menggelembungkan biaya
subsidi.
Kegiatan bersepeda yg semakin jarang terlihat
Butuh tukang sapu untu membersihkan jalanan
Keteduhan jalur pedestrian yg sulit ditemui
Kesimpulannya mulai dari
perpindahan orang dari jarak yg sangat dekat (hanya untuk ke sekolah contohnya)
sampai jauh hingga perpindahan barang, semuanya menjadikan BBM sebagai andalan
sumber energy. Tidak pernah terpikir bahwa kita dianugerahi sepasang kaki oleh
yg di Atas yg berfungsi untuk melangkah dan berpindah dari satu tempat ke
tempat yg lain baik dengan berjalan ataupun bersepeda (bike to work) dan bukan hanya sekedar
menginjak gas ataupun rem kendaraan bermotor. Sepasang kaki yg seharusnya kita
gunakan dengan bijaksana. Tidak juga terpikir bahwa pergerakan dengan sepasang
kaki akan membuat keseimbangan ekosistem tubuh maupun lingkungan. Ekosistem
tubuh akan terjaga yg berarti terjaganya kesehatan sekaligus mengurangi
pengeluaran untuk pengobatan yg nilainya triliunan rupiah hanya untuk satu
daerah saja. Terjaganya kesehatan juga berarti terjaganya jiwa yg sehat yg
menjauhkan pikiran dari niat untuk memakan uang yg bukan haknya alias korupsi
baik korupsi uang rakyat untuk pejabat Negara ataupun uang perusahaan untuk yg
karyawan swasta, karena korupsi di perusahaan juga tidak kalah banyaknya, hanya
saja jarang terungkap terutama korupsi kecil-kecilan. Dengan berjalan kaki
ataupun bersepeda kita akan diajarkan tentang kesederhanaan, sesuatu yg semakin
jarang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari saat ini. Orang seakan berlomba
untuk menunjukkan gaya hidup hedonis, sangat bangga memamerkan kekayaan entah
lewat status di BB, facebook, ataupun media social lainnya. Tidak sadar bahwa
itu semua harusnya digunakan untuk berbagi kepada yg lain yg sangat membutuhkan
sehingga membawa manfaat bagi sesama, karena itulah salah satu sumber
kebahagiaan sejati, berbagi kepada yg lain dengan hidup lebih sederhana.
Ekosistem lingkungan akan terjaga karena semakin sedikit polusi yg kita
keluarkan dengan bersepeda dan berjalan kaki. Polusi yg semakin parah saat ini
adalah salah satu sumber berbagai macam penyakit. Belum lagi sampah yg dibuang
sembarangan menambah buruknya kondisi lingkungan. Biacara soal sampah,
jangankan untuk masyarakan yg berpendidikan rendah, untuk yg sudah
berpendidikan tinggi dengan seenaknya membuang sampah dari dalam mobil mewah
tanpa merasa dosa sama sekali. Untuk mental yg paling dasar saja kita belum
mampu memenuhinya, apalagi yg lebih dari itu. Benar sekali visi dari Bung
Karno, bahwa hal paling mendasar yg perlu dibenahi dari bangsa ini adalah
national and character building. Sebab semua prilaku buruk masyarakat kita
bermuara pada lemahnya national and character building.
Angan saya bergerak membayangkan Indonesia
seperti Negara-negara lain dengan banyaknya jalur pejalan kaki dan pesepeda yg
sangat memanjakan. Jalur pedestrian dengan pepohonan hijau di kiri-kanan tanpa
sampah yg berceceran, dengan udara bersih tanpa asap kendaraan. Berharap suatu
saat nanti semua itu akan terwujud. Semoga !


























