Tgl
8 Juli malam, berhubung besoknya adalah hari pencoblosan pilpres, kami
manfaatkan untuk gowes malam alias NR yg sudah lama tidak kami lakoni. Sebagian
member Mentari69 mendapat mandat dari Pak RT untuk membuat tenda pemilu (TPS),
akhirnya hanya 4 orang yg ikut (Om Feri, Om Ijo, Om Gunpar dan saya sendiri). Saya
sendiri masih dalam kondisi flu berat disertai radang tenggorokan, pikir saya
dengan gowes malam mungkin bisa menguranginya. Kami sepakat mengikuti jalur
gowes tongsis, salah satu acara Cikarang MTB dalam rangka ultah AA Bike, yg
pernah kami ikuti sebelumnya. Ada sensasi tersendiri yg membuat kami memutuskan
untuk mengikuti jalur ini. Berangkat jam 9 malam, menuju kalimalang, lalu belok
kiri di pintu gerbang perumahan Cikarang Baru. Selanjutnya kami menuju kolong
Tol desa Cibatu. Lorong yg kecil dan gelap sangat menantang untuk dimasuki
setelah sebelumnya melewati jalanan perkampungan penduduk. Sensasi gowes di
kegelapan memang sangat terasa bedanya dibandingkan gowes siang hari. Sulit
untuk diceritakan kalau tidak mengalaminya sendiri. Tepat di tengah lorong,
kami sempat narsis sebentar.
Perjalanan dilanjutkan menuju Lippo Cikarang
melewati jalan kampong yg gelap gulita hanya terang jika ada motor yg lewat.
Tak lama berselang kami memasuki perumahan Ellysium lippo cikarang dilanjutkan
menuju Desa Cicau melalui jalur klasik Cicau. Tanjakan yg sudah sering kami
lewati sedikit berbeda rasanya saat digowes malam-malam. Kehati-hatian lebih
dibutuhkan saat gowes malam yg hanya mengandalkan kelap-kelip lampu sepeda.
Setelah melewati kantor Desa Cicau, perjalanan dilanjutkan menuju hutan jati
jalur tongsis. Sebelumnya kami harus lewati tanjakan emen, entah kenapa dinamai
demikian, yg gelap gulita dikiri-kanan dipenuhi pohon bambu yg lebat, semakin
menambah kegelapan tanjakan tersebut. Di sini tak satupun dari kami yg sanggup
melewatinya tampa menuntun sepeda, tanjakan yg curam serta berbatu dan lumpur
menjadi alasannya. Siang haripun saat gowes tongsis sebelumnya jarang yg bisa
lewat tanpa menuntun sepeda.
Dari sini kami lanjutkan perjalanan menuju daerah
Desa Cilangkara. Banyak penduduk desa yg sepertinya heran melihat kami gowes
malam-malam, terlihat dari pandangan mereka,
seperti kurang kerjaan, mungkin itu yg ada di pikiran mereka. Yg ditunggu-tunggu
akhirnya tiba juga saat kami sampai di depan pagar hutan jati setelah menempuh
perjalanan sekitar satu setengah jam. Daerah ini sepertinya masuk daerah Desa pasir kupang. Sempat
kecewa karena pintu pagar terkunci, dan terpikir untuk meloncati pagar dengan
ujungnya yg runcing, ternyata tak jauh di sebelah pagar ada celah untuk masuk
sepeda. Di depan hutan jati ini terdapat sebuah pos ronda untuk penjaga hutan,
di sini kami sempat kembali bernarsis ria. Puncak sensasi bersepeda kami mulai
saat memasuki hutan jati nan gelap gulita. Melewati jalan setapak ada sedikit
rasa takut akan gelapnya hutan sekaligus penasaran untuk memasukinya. Tak
seperti biasanya, kali ini kami berempat kompak gowes berdekatan tanpa ada yg
menyuruh. Om Ijo di depan diikuti Om Feri, Om Gunpar, dan saya paling belakang.
Hutan jati ini panjangnya sekitar satu kiloan saja tetapi terasa panjang saat
digowes tengah malam. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, cukup
larut untuk menggowes. Mata yg sebelumnya mulai ngantuk langsung terjaga
kembali saat melalui hutan tersebut. Tanjakan sedang di tengah hutan dilewati
dengan kecepatan tinggi, tenaga sepertinya berlipat lebih dari biasanya. Itulah
puncak sensasi bersepeda kami malam itu.
Keluar dari hutan jati, kami memasuki
jalan desa Pasir Kupang. Saat sampai di pasar desa, kami berhenti untuk
istirahat sambal menikmati buah melon yg kami beli. Terasa sangat menyegarkan,
nikmat, dan maknyuss. Selesai menyantap melon, kami lanjutkan perjalanan menuju
kawasan industri KIIC sebelum kembali ke rumah di Cikarang baru tepat pukul 12
malam setelah menempuh 36 km perjalanan. Demikian sedikit cerita dari gowes NR
jalur Tongsis, mudah-mudahan bisa dijadikan referensi goweser lainnya yg
tertarik untuk mengulanginya.







