Senin, 27 Januari 2014

Jelajah Hutan UI

Dari obrolan ngalor ngidul di whatsup grup mentari69 sebagai media penghubung para pemuda Mentari69, tercetus ide untuk sekali kali gowes di kota untuk merasakan sensasi lain bersepeda. Agar tidak menghilangkan sama sekali nuansa offroad sebagai habitat asli sepeda gunung (MTB) Om wawan alias Om ijo mengacu pada warna sepedanya yg ijo daun muda, mengusulkan ke Hutan UI, biar dapat nuansa kota dan hutan sekaligus. Meski obrolan sudah panjang lebar kesana ke mari tetap hanya dua anggota saja yg berani menjajal usulan ini, Om Ijo dan saya sendiri. Selasa 14 Jan 2014, masih dengan kondisi gelapnya subuh, perlahan kami awali dengan memutar pedal memulai perjalanan gowes jelajah hutan UI. Perjalanan awal dengan menyusuri kalimalang menuju MM2100 lewat penyeberangan EJIP. Udara masih terasa sangat segar di pagi hari menambah semangat kami mengayuh pedal sambil menikmati pemandangan sepanjang jalan. Penyeberangan dari Ejip menuju MM2100 melewati jembatan berupa getek penyeberangan yg disambung namun tinggal separuhnya akibat air sungai meluap. Selepas MM2100 di sisi barat selanjutnya kami memasuki daerah Setu menuju jalan raya setu. Di daerah setu ini banyak sekali jalan yg bisa ditempuh dengan banyak percabangan yg terkadang membingungkan termasuk juga di dalamnya jalan menuju warung bondol yg terkenal itu. Sebagian besar sudah dicor dan satu kesamaannya adalah suasananya yg sangat adem nan sejuk dengan masih banyaknya pepohonan di kiri kanan jalan terutama pohon rambutan. Ditambah sehabis hujan semalam membuat udara lebih sejuk, seakan gowesan terasa semakin ringan. Di salah satu persimpangan kami ambil jalan tanah yg masih becek. Setelah melewati dan bergelut dengan tebalnya lumpur, kami kembali bertemu dengan jalan cor mengarah ke jalan raya setu. Menjelang jalan raya setu, hamparan sawah telah banyak yg berubah jadi hamparan air banjir akibat hujan yg terus menerus menyirami bumi pertiwi tiga hari terakhir seakan balas dendam atas ribuan mercon dan kembang api yg ditembakkan ke angkasa pada malam tahun baru belum lama ini. Tidak lama berselang kami tiba di jalan raya setu menuju Cibubur.
Sawah kebanjiran di sekitar Setu
Sempat istirahat sejenak di sebuah warung menikmati lezatnya kupat tahu dan sebutir kelapa ijo nan maknyuss, segera kami tiba di jalan raya Cibubur setelah kurang lebih tiga jam perjalanan. Jalan raya Cibubur sudah cukup ramai oleh lalu lalang kendaraan yg lewat, salah satu moment yg akan cukup cepat membuat goweser bosan jika tidak punya jiwa goweser sejati, tentu saja kami termasuk sebagian kecil diantaranya, setidaknya itu yg kami rasakan hingga saat itu. Berbekal rasa penasaran akan belantara hutan UI, keceriaan menggowes tetap terjaga saat kami lewati Cibubur junction dan dilanjutkan ke arah Depok. Jalur yg relatif datar sebenarnya tidak terlalu banyak menguras energi tubuh, namun sinar matahari yg semakin terik cukup memaksa butiran keringat mengucur deras tak tertahan yg tentu saja tak mampu meluluhkan semangat kami di sisi yg lain. Sekitar jam 11an siang dan lepas dari bisingnya deru kendaraan pembakar bbm, akhirnya kami tiba di kampus UI yg langsung disambut keteduhan pepohonan sepanjang jalan kampus, udarapun berganti menjadi lebih segar tak kalah dengan segarnya wajah para mahasiswi yg banyak berlalu lalang, seakan memberi energi tambahan buat om ijo yg terlihat mulai sedikit loyo yg tepancar dari raut wajahnya.
 Jananan Sekitar Setu
Teduhnya Kampus UI
Kami langsung menuju depan fakultas Fisip tempat salah satu jalan masuk hutan tepatnya di samping lapangan tenis. Di sini kami berhenti sejenak sambil mengatur napas. Om ijo sendiri mulai mengoprek sepedanya yg rupanya sempat salah pasang posisi baut crank semalam. Dengan diwarnai insiden hilangnya sebuah baut, cukup cepat juga om ijo merakit kembali sepedanya. Om ijo termasuk salah satu punggawa Mentari69 yg jago bongkar pasang sepeda, kalau yg lain banyak yg baru sampai jago bongkar tanpa jaminan terpasang kembali. Berhubung kami belum tahu medan dan trek yg harus dilalui, saya coba searching trek yg dicreate orang lain di Endomondo dan hasilnya banyak pilihan trek yg bisa dilalui. Kami pilih salah satu diantaranya dan tinggal mengikutinya. Di sebuah jalan kecil kami awali jelajah hutan UI yg terlihat masih lebat.  Berhubung hutan UI juga tak lepas dari guyuran hujan semalam, lumpur di dasar hutan langsung nempel ketemu ban seakan bermesraan walaupun tidak begitu tebal karena diselingi rumput semak belukar. Pepohonan yg lebat langsung menyambut kami begitu memasuki single trek menambah denyut adrenalin. Sungguh pemandangan nan menakjubkan bisa meliuk liuk dengan sepeda diantara pepohonan hutan di tengah udara yg sangat segar. Kegembiraan menyelimuti sanubari begitu mata kami dimanjakan sajian lebatnya hutan belantara dan kenyataan kami bisa berada di dalamnya. Dengan terus memelototi panduan trek di Endomondo, mengantar kami menyusuri tepian sebuah danau yg mengantar kami ke sebuah jalan aspal di sisi barat. Seratus meteran dari situ kembali kami dibimbing masuk hutan menuju danau yg lain sebelum menyeberangi titian berupa sebatang pohon yg menuntut extra hati hati saking licinnya. Seperti anak kecil menemukan mainan baru, asyik menembus pohon dan semak, termasuk saat harus merangkak melewati batang pohon yg tumbang, sangat cepat waktu terasa berlalu.
 Jalan masuk Hutan UI
 Kerjasama UI dengan Pertamina

 Danau di Hutan UI
Ngaso Sejenak

 Om Ijo asyik Menggowes



 Menyeberangi Sungai

 Kerjasama dengan BNI

Segarnya pepohonan Hutan UI 
Setelah menempuh sekitar 5 km an selesai juga kami jelajahi hutan UI. Sebenarnya masih trek lanjutan yg bisa dijelajahi di sisi sebelah timur, namun kata Om Ijo sudah mulai kelelahan bergumul dengan lumpur dan pohon, energy perlu disisakan untuk pulang dan sepertinya ada yg mulai gerak-gerak di balik gumpalan daging dengkulnya pertanda penyakit kambuhan mulai mendera. Sesuatu yg sepertinya bakalan jadi teman perjalanan menuju ke rumah. Setelah menyebrangi rel kereta KRL, kebetulan ada tempat cuci sepeda, berhubung tunggangan yg belepotan hingga lumpur masuk ke rantai, kami putuskan mencuci sepeda. Selanjutnya kami mulai perjalanan kembali ke rumah saat waktu sudah menunjukan pukul 13.00 siang. Perkiraan kami tentang “sesuatu” yg bergerak-gerak di balik dengkul Om Ijo memang tidak salah. Setiap sekitar 5km hingga 10km, dengkul Om Ijo harus dikasi waktu istirahat dengan semakin seringnya gerakan di balik dengkul seperti ular kadut yg kepanasan, pertanda sakit kram. Selanjutnya hal ini menjadi pakem tetap hingga kami tiba dengan selamat di rumah sekitar pukul 18.00 dengan total jarak tempuh sekitar 108 km. Sungguh penjelajahan yg berkesan dengan segala pengalaman dan medan yg dilalui mulai perkampungan, persawahan, kota serta hutan dan tak lupa cerita “ular kadut di balik dengkul” nya Om Ijo.