Mimpi indah malam itu belum sepenuhnya berakhir saat
saya harus terbangun oleh alarm yg disetel
menandai akan dimulainya salah satu petualangan paling berkesan
sepanjang sejarah pergowesan Mentari69. Segera saya berkemas mempersiapkan
segala sesuatunya sambil melihat pesan di Hp dari teman teman Mentari 69
lainnya. Hari itu sabtu 5 Oct 2013 kami anggota Mentari69 bersama team LG
Ecekeble berencana menjelajah salah satu trek terkenal di kalangan goweser
yakni trek Cianten di daerah Leuwi Liang Bogor. Seperti biasa setiap akan
menjelajah trek yg baru (belum pernah dijelajahi), rasa penasaran senantiasa
muncul tak tertahankan untuk ingin segera melahap dan merasakan sensasi
bersepeda di alam liar. Tak terkecuali hari itu. Kali ini sepeda kami loading
di mobil pick up Om wawan yg ditemani oleh saya sedang teman teman yg lain ikut
mobil Om agung. Di pagi buta itu kami sudah meluncur menuju bogor tepatnya di
desa Cianten daerah Leuwi Liang Bogor tempat kami unloading melewati tol Jagorawi.
Peserta Mentari69 yg ikut gowes kali ini, Om Bagas Pak Ketua, Om Agung sang
penasehat trek, Om Wawan, Om Edi, Om Gatot, dan saya sendiri. Cukup jarang kami
anggota Mentari69 bisa gowes bareng sebanyak ini, biasanya paling banter hanya
3 sampai 4 orang saja dengan berbagai macam dalih dan alasan mulai ternak teri
(mengantar anak dan istri) hingga tugas Negara maupun SIM(surat ijin menggowes)
yg tidak kunjung datang hingga detik-detik akhir. Untuk team Ecekeble sendiri
ada 14 orang yg sudah biasa gowes bareng dengan kami. Tepat jam 08.30 kami tiba
di Unit PLTA Kracak, tanpa menunggu lama segera menurunkan sepeda dari pick up
untuk selanjutnya berganti angkot yg sudah dipesenin Om romi Ecekeble menuju
titik start di warung mang Ujang. Perjalanan menuju warung mang ujang melewati
jalanan berasal rusak dan menanjak yg cukup menyiksa kami yg menumpanginya sejauh kurang legih
22km cukup sensasional untuk latihan dengkul andai ditempuh dengan menggowes.
Begitu sampai di warung mang ujang, segera kami merakit kembali sepeda setelah
unloading dari angkot. Beberapa teman yg tidak sempat sarapan segera menyerbu
warung untuk loading bahan bakar buat tubuh agar siap melahap trek seharian
sekaligus membawa sebungkus nasi yg disediakan temen temen Ecekeble berhubung dari
info yg di dapat, tidak ada lagi warung sepanjang trek yg akan dilewati yg
terbukti tidak sepenuhnya benar. Angin pagi berhembus dengan kesegaran khas
pegunungan terasa sejuk di badan seakan menyapa selamat datang untuk kami
membuat kami semakin tidak sabar untuk segera meluncur. Berdoa sejenak, tidak
menunggu lama perlahan kami mulai menggenjot sepeda masing masing. Perjalanan
diawali dengan jalan makadam hanya dua ratusan meter sebelum belok kanan masuk
singel trek favorit setiap goweser. Canda tawa dan wajah wajah happy langsung
terlihat begitu memasuki sebuah bukit perkebunan teh menghijau dihiasi pohon
pohon peneduh. Alaamak indahnya, pikir saya dalam hati, yg pasti juga dirasakan
temen temen yg lain. Sebuah goresan alam menakjubkan langsung terbentang di
depan kami begitu kami melewati single trek tersebut. Inilah salah satu momen
yg paling kami tunggu, menemukan untaian panorama surga yg kami dapatkan saat
bersepeda di jalur offroad. Tanpa komando terlebih dahulu dan sudah jadi
tradisi wajib, acara narsis berfoto ria segera jadi kegiatan selanjutnya dengan
mengabaikan waktu perjalanan.
![]() |
| View di titik start |
![]() |
| Foto keluarga sebelum start |
Warung mang Ujang
Single track yg eksotis
Dengan posisi warung mang ujang yg harus dicapai angkot lewat pendakian panjang, bisa dipastikan trek kali ini akan banyak diwarnai turunan sekaligus mengurangi aroma nge-race dan saling ledek teman teman Ecekeble yg biasanya jadi tradisi di trek tanjakan. Dan memang demikianlah kenyataannya. Sepeda meluncur di single trek dihiasi pemandangan indah di kiri kanan, sungguh suatu hiburan impian setiap goweser. Single trek ini sekitar 4km sebelum berakhir di jalan makadam yg sepertinya lanjutan jalan awal kami memulai. Jalan makadam inipun masih melewati perkebunan teh yg merupakan bagian dari perkebunan PTP bukit Cianten. Hanya beberapa kilometer kami tempuh, selanjutnya kami tiba di sebuah gubuk peristirahatan untuk regrouping kembali. Pak ketua kami Mentari69 om Bagas tampak sumringah meskipun sambil menahan sesak napas, akibat jarang gowes barangkali, tetapi tetap tampak sangat menikmati seolah menemukan mainan baru.
Melaju di bukit Cianten
Dari gubuk ini, kami lanjutkan
perjalanan kembali melewati jalan yg dicor sebelum melewati turunan tajam
berbentuk mangkuk. Sedikit ngeri melewatinya, apalagi denger-denger pernah ada
yg jatuh di turunan ini. Sepeda segera melaju dengan sangat kencang sebelum ditahan
tanjakan diujungnya. Dari sini kembali disuguhi perkebunan teh dari ujung ke
ujung untuk selanjutnya berbelok ke kiri memasuki single trek kembali. Menurut
keterangan penduduk sekitar, jika kita meneruskan jalan beton ini akan tembus
ke pantai pelabuhan ratu. Area ini bisa dibilang salah satu maskot perjalanan
kami hari itu dengan latar belakang gunung menjulang di kejauhan membuat kami
kompak foto keluarga, sangat sayang kalau dilewatkan. Berbagai pose dan gaya
tidak kalah dengan foto model di catwalk diperagakan teman-teman, tidak
ketinggalan foto keluarga khusus Mentari69.
Melaju di turunan mangkuk
Foto Keluarga
Puas bernarsis ria, perjalan kami lanjutkan memasuki turunan demi
turunan namun tetap harus berhati-hati dan waspada tingkat tinggi berhubung
jauh dan curamnya turunan dan di sisi kiri sepanjang turunan terdapat jurang
tertutup semak dan hutan. Bisa dibilang ini salah satu gowes ter happy,
terkompak, dan paling berkesan. Happy karena trek yg dilewati didominasi
turunan, membuat semua wajah temen-temen tidak ada yg terlihat susah, namun sebaliknya
senyum mengembang sepanjang jalan. Kompak karena peserta yg cukup banyak dan
tidak ada nge-race alias lomba-lombaan. Paling berkesan tentu saja, dengan
begitu banyaknya sajian alam mempesona. Terlebih saat kami lewati jembatan
kecil tempat menyebrangi sungai kecil berair jernih saat kami tiba di ujung
turunan panjang, sungguh sulit untuk dilukiskan. Kita yg terbiasa dengan
pemandangan daerah urban atau perkotaan sangat jarang bisa menikmati sajian
alam seperti ini, apalagi tempat seperti ini hampir tidak mungkin dijangkau
dengan kendaraan bermotor, yg menjadi sisi lain keunggulan bersepeda selain
hemat BBM tentunya serta menguji daya tahan tubuh maupun nyali. Cukup lama kami
nikmati dan kagumi kehijauan alam anugerah yg di Atas, memuaskan mata
sepuas-puasnya. Kalau bisa dibiliang, inilah salah satu trek paling komplit dan
sangat kami rekomendasikan dengan begitu banyaknya single trek yg paling
menjadi incaran goweser offroad. Sangat cocok untuk goweser nyubi alias pemula,
maupun yg sudah senior. Melihat sungai dengan air jernih tepat sekitar jam
12.00 siang memaksa kami memutuskan makan siang di sini, sepertinya ini yg
paling cocok tempatnya. Banyaknya batu besar di tengah sungai sangat cocok
untuk nongkrong sambil makan. Tak berapa lama, segera kami berpencar mencari
lokasi paling pas untuk makan sambil melihat air nan jernih dan pemandangan nun
jauh di sana ditimpali sepoi-sepoi semilir angin bukit Cianten. Rasanya bekal
nasi bungkus yg kami bawa menjadi makanan yg paling enak sedunia akhirat. Ayam
dan sayur toge serta sambal menjadi menu makan siang kali ini. Sambil tetap
dengan canda dan senda gurau khas goweser ditambah nasi bungkus yg maknyuss
enaknya, tidak lama waktu yg dibutuhkan untuk melahap habis, bahkan terasa
masih kurang. Selanjutnya adalah waktunya berendam, tidak tahan melihat air
jernih seperti ini, jarang sekali menemukan sungai dengan air jernih, apalagi
di Cikarang, hampir mustahil menemukannya kecuali di kolam renang. Segera kami
nyemplung ke sungai menenggelamkan kepala, sungguh terasa segerr, seolah
mengurangi sebagian besar beban hidup sehari-hari, hanyut terbawa air sungai
hingga jauh.
Kesegaran Sungai Cianten
Dengan berjalannya waktu kami harus menyudahi acara mandi bersama,
melanjutkan single trek dan mulai memasuki Desa Muara Dua Kec. Pamijahan. Dari
sini hujan deras mulai turun mengiringi perjalanan kami selanjutnya. Berhubung
trek masih banyak turunan membuat dengkul jarang menggenjot pedal dengan cepat
menurunkan suhu badan hingga membuat kami kedinginan. Mulai dari sini hingga
finish perjalanan dilalui keluar masuk kampung. Desa selanjutnya adalah Desa
Purwabakti dan Desa Ciasmara yg sebagian besar jalan beraspal. Lalu berikutnya
masuk ke Desa Ciasihin dan Desa Cipta Kasih, sepertinya nama-nama desa ini
lekat dengan dunia asmara dan cinta. Sekitar 20km perjalanan kami tiba di
sebuah danau buatan yg merupakan sumber air untuk turbin PLTA Kracak tempat
kami parkir mobil, dari sini air dialirkan melalui sebuat pipa besi berdiameter
1 meteran. Dengan demikian perjalanan kami lanjutkan mengikuti pipa tersebut yg
di beberapa titik terlihat di permukaan termasuk di salah satu jembatan. Disini
pemandangan sore tidak kalah cantiknya sebagai penghibur badan yg kedinginan.
Salah satunya saat kami melewati turunan dengan permukaan berumput yg sangat
curam hingga memaksa kami TTB alias tuntun bike di turunan, mengalahkan nyali
kami.
Menjelang Finish
Di ujung turunan tampak pepohonan hijau menghiasi di kiri kanan jalan
berjajar dengan rapi. Tidak berapa lama, akhirnya kami tiba juga di PLTA Kracak
Kec. Leuwi Liang tempat kami parkir mobil sekaligus membilas tubuh yg basah
kuyup bercampur keringat. Semilir angin di bukit Cianten sudah berlalu, namun
memori tentang sebuah perjalanan yg penuh kesan akan tetap menjadi sebuah
kenangan yg tak mungkin terlupakan.
Trek Cianten



































